oleh : Putri Handayani
Matahari
itu, matahari yang sama yang sering aku dan danang lihat setiap sore. Di kala
senja, dikala kami asik bermain kejar-kejaran satu sama lain. Tertawa bersama
hingga akhirnya pulang kerumah. Teringat senyuman danang, senyuman jahilnya
yang selalu membuatku kesal. Danang suka gunung, tapi aku suka pantai, danang
suka merah, tapi aku suka biru, danang suka keramaian, namun aku lebih menyukai
kedamaian, danang suka berpetualang, aku lebih menyukai seni,
danang lebih suka
sayuran, dan aku malah sangat membenci sayuran, aku suka binatang, namun danang
sangat tidak menyukainya. kami memang tak punya kesamaan suka satu sama lain,
hingga tempat kami pun berbeda, danang sudah tenang di alam sana dan aku masih
bernafas bersama kenangannya.
Sudah
tiga tahun danang pergi, dan hingga sampai saat ini aku masih belum bisa untuk
melupakan sahabat sepertinya. Danang sahabat kecilku, yang selalu bisa
membuatku tertawa ketika papa dan mama bertengkar hebat sebelum mereka
bercerai. Danang yang selalu memotivasi aku untuk selalu tegar dan bisa melukis
dunia melalui tangan mungilku ini, danang yang menghapus air mata ini, ketika
sebelumnya selalu menetes. Danang yang menggendongku ketika kakiku terkilir
hebat karna tak sengaja tertabrak motor dijalan. Dan danang juga yang tak
pernah lupa hari ulang tahunku.
Aku
menaburi bunga diatas batu nisannya dan tertunduk lesu, air mata ini tak bisa
terbendung lagi, takkan ku temukan sahabat seperti dia, takkan pernah lagi, he is one and only made for me, just for
me. Menatap pilu nisannya seakan-akan ingin berada terus disampingnya.
***
Aku
melepas seragam abu-abuku dan menggantinya dengan almamater kuning salah satu
universitas terbaik di negri ini. Tapi entah kenapa hati ini masih diselubungi
kabut hitam, tak ada senyum yang terlukis, mengingat ini mimpi kami berdua (aku
dan danang), ku buka buku usang yang penuh dengan impian-impian kami, mimpi ke
98 bisa masuk ke universitas ini bersama-sama. Mataku beralih ke daftar mimpi
ke99, bisa mendapat gelar cumlaude. Semangatku berapi-api, demi cumlaude demi impian kita berdua, dengan
tekun ku jalani hari-hariku menuntut ilmu dan belajar disana.
Kubuka
kembali buku usangku dan melihat impian kami yang ke 100, yaitu liburan bersama
mendaki puncak rinjani. Aku tidak pernah ingin untuk mendaki gunung dan entah
apa aku akan sanggup memenuhi impian danang yang ke 100?? Mendaki puncak
rinjani. Untuk berlari keliling komplek pun rasanya enggan, apalagi mendaki
yang membutuhkan tenaga super ekstra.
Aku
menghampiri seniorku untuk bertanya-tanya tentang puncak rinjani. Kebetulan
akhir juni besok mereka akan berangkat ke Lombok dan menjelajahi gunung
rinjani. Ku browsing segala persiapan dan perlengkapan yang akan ku butuhkan.
Dengan tekad yang penuh demi impian ke 100 sahabat sejatiku danang, aku siap
dan harus siap mendaki rinjani J.
Gunung
rinjani adalah gunung vulkanik yang masih aktif nomer 2 tertinggi di indonesia
dengan ketinggian 3,726 mdpl. Terdapat di pulau Lombok nusa tenggara barat. Ditengah2nya
terdapat danau segara anak dan berlimpah pemandangan indah luar biasa.
***
Ranselku
dan semua perlengkapanku sudah siap, dan pagi itu kami sudah tiba di pulau
Lombok. Hati ini berdebar masih tidak yakin dengan niat mendaki, apalagi dari
kejauhan sudah terlihat gunung rinjani yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi.
Nyali makin ciut, namun teringat kembali impian danang dan itu membuatku untuk
tetap bersemangat. Terlebih di suguhkan pemandangan yang luar biasa oleh pulau
ini, makin membuatku penasaran dengan rahasia gunung rinjani yang katanya
paling bagus panoramanya dibandingakan gunung2 lain yang ada di Indonesia.
Aku dan
kawan2 memutuskan untuk melewati jalur sembalun yang memiliki rute datar, namun
agak panjang dan cuacanya juga lebih panas karena melalui padang savana yg
terik, dibandingkan melalui jalur senaru yang memiliki rute tanjakan tanpa
jeda, namun cuacanya bersahabat karna melewati hutan-hutan. Kami menuju desa sembalun
dengan menumpang truk pasir. Ketika sampai di bukit tiga dara, matahari mulai
terbenam kami berhenti sebentar untuk menikmati keindahannya, keindahan sunset
di tanah Lombok. AllahuAkbar !!! tak hentinya hati ini mengagungkan namaMu yang
menciptakan alam seindah ini.
Udara
pagi di basecamp sembalun membuat semangatku membara untuk mencapai puncak
rinjani. kami harus segera bergegas menuju pos satu. satu jam pertama memang
sangat mengagumkan dan menyenangkan karna lagi2 disuguhi pemandangan padang
savana yang subhanallah luar biasa indahnya, namun jam2 setelahnya, kakiku
mulai sakit untuk berpijak, bernafaspun rasanya sulit, ditambah dengan teriknya
matahari. Ingin rasanya mengeluhkan semuanya, namun harus ke siapa aku mengeluh
sekarang, sementara keadaan kami semuanya sama disini. Sekitar jam 11-12 siang
akhirnya kami sampai juga di pos satu. Kami beristirahat sebentar, aku
mengoleskan sunblock keseluruh tubuhku agar kulitku tak terbakar. Tidak lebih
dari sejam kami beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali. Berusaha
kuat untuk kembali berjalan menelusuri padang savana yang seperti tak ada
ujungnya.
Angin
yang bertiup seakan mengajak ilalang menari indah, seakan saling bercengkrama
satu sama lainnya. Ini baru namanya eksotisme alam Indonesia yang tak
tertandingi. Bertemu dengan pendaki lain yang tak hanya orang2 indonesia namun
banyak juga yang berasal dari luar negri.
Mengagumi
setiap langkah kakiku saat ini, rasa pesimis itu mulai luntur sedikit demi
sedikit berganti rasa optimis yang makin membara. Aku mulai menyukai alam
rinjani. Petang datang bertepatan dengan tibanya kami di pos tiga. Kami
mendirikan tenda dan hendak bermalam disana.
Badanku
seakan mati rasa, kaki ini sangat sakit untuk di gerakkan, badan ini seakan tak
ada tulang. Akhirnya aku merasakan lelahnya mendaki yang biasa danang rasakan.
Merasakan gelapnya malam yang benar2 gelap pekat yang pernah danang rasakan. Dinginnya
alam liar yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku baru tahu rasanya gelap,
tanpa cahaya, rasanya dingin tanpa pelindung, beratap langit beralaskan tanah. Hening,
tak ada suara bisingnya kendaraan, dan gemerlapnya kota. Air mata ini menetes,
rasa haru, takut bercampur padu dengan rasa lelah. Pesimis itu muncul lagi,
ingin rasanya mengakhiri perjalanan ini saja. Aku menangis tersedu, menyerah
dengan keadaan sekarang. Menahan sakitnya kaki ku, pegalnya badanku, dan semua
kelelahan ini, semua situasi ini dimana rasa takut mendominasi perasaanku. Namun
ketika menatap satu persatu teman satu tendaku, tak tega rasanya jika aku
menyerah sekarang dan menghambat mimpi mereka. Ku seka air mata ini, menegarkan
diri dan memaksakan mata ini untuk memejam dan menyimpan sisa energiku untuk perjalanan
besok.
Pagi
kedua di tanah rinjani, badanku kaku, seakan tak bisa digerakkan, kaki ini
makin sakit, semangatku runtuh. Hanya air mata yang bisa mengekspresikan diriku
pada pagi itu. Semangat pagi kedua tak sesemangat pagi pertama di tanah
rinjani. Kesolidan teman2 membuatku haru, mereka memutuskan untuk stay di
tempat dan mengumpulkan tenaga untuk perjalan besok karena kondisi badanku yang
sangat tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.
Pagi
ketiga di gunung rinjani, kami sudah siap untuk meneruskan perjalanan menuju
puncak. Cukup sudah leha2 nya selama satu hari di pos ketiga. Perjalanan kali
ini sangat membutuhkan tenaga ekstra. Karena perjalanan ini mendaki dinding
sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1000m yg ditempuh
dlm 2 tahap yaitu 3 jam dan 4 jam.
Kami
melewati bukit yang namanya bukit penyesalan, nama bukitnya sangat menyeramkan dan
itu berhasil membuat mentalku down sebelum berperang. Benar saja walaupun
tanjakannya relative lebih landai, tapi menghabiskan waktu tempuh yang cukup
lama. Nafasku seakan habis, tak kuat lagi, kaki ini semakin sakit, rasanya
ingin menyerah namun tak kuasa melakukannya. Air mata ini menetes, keringat
sudah tak lagi kupedulikan.
Terbayar
sudah lelah ini ketika kami tiba di plawangan sembalun, subhanallah seakan2
berjalan diatas awan. Ingin rasanya aku menari2 dan berkejar2an bersama awan. Awan
yang biasanya hanya dapat aku lihat dibalik kaca pesawat, kini dapat kurasakan
langsung di bumi alam rinjani ini. Plawangan sembalun ini adalah camp terakhir sebelum
puncak. Dan kami berkemah disana untuk menunggu pagi. Aku langsung beritirahat
agar besok pagi staminaku pulih dan karna kita harus bangun dini hari untuk
melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Jam 3
pagi kami sudah siap2 Summit attack untuk mencari momen2 indah yaitu panorama
matahari terbit di puncak rinjani. Daypack, headlamp, p3k, snack, air, camera
dan tentu saja doa menjadi bekalku hari ini dengan sisa2 tenagaku untuk sampai
ke puncak rinjani. Perjalanan menuju puncak ini tergolong lemayan menguras
tenaga karena meniti bibir kawah dgn margin safety yg pas2an. Benar2 mengerikan
karena langsung jurang yang curam. Medan batu, pasir, tanah, dan 200m
ketinggian terakhir harus ditempuh dgn susah payah karna 1 langkah maju diikuti
setengah langkah turun. Ya Allah rasanya aku sudah tak kuat meneruskan
perjalanan. Air mata ini menetes deras, tenagaku rasanya sudah tak ada sama
sekali. Benar2 sudah tidak kuat. Seluruh tulang2ku seakan remuk tak mampu untuk
melanjutkan perjalanan. Namun teringat senyuman danang dan impiannya juga
janjiku untuk menyelesaikan mimpi danang, entah dari mana tenaga itu, aku
kembali bersemangat. Menghapus air mataku melawan medan pasir yang sangat
menyeramkan. Dan dengan bantuan dari ketua regu perjalanan ini aku mampu
menakhlukan puncak rinjani.
Beratnya
medan terakhir menuju puncak terbayar dengan pemandangan yg indah. Pemandangan
yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Karna bisa melihat ciptaan Allah Yang
Maha Kuasa, yang sangat indah. Subhanallah Allahu Akbar tak hentinya keluar
dari mulutku.
Air mata
ini kembali menetes, akhirnya aku membuktikan bahwa aku bisa mendaki rinjani,
menyelesaikan impian danang, dan melawan rasa pesimis dan takutku. Ya Allah ini
kah rasanya mencapai kemenangan setelah berkali2 terjatuh, berkali2 terpuruk di
sepanjang perjalanan. Dan aku menemukan definisi hidup yang sesungguhnya dari
perjalanan ini.
″Danang
impian ke 100 mu sudah ku selesaikan″ ucapku dalam hati. Sungguh aku jatuh
cinta dengan alam rinjani. Dan sekarang aku bersiap untuk ke tempat2 yang indah
selanjutnya
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar